Sisi Kesamaan Syiah dan Sufiah Menurut Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir
Syiah dan Shufi adalah golongan yang dianggap sesat oleh seluruh umat Islam. Hal itu dikarenakan aqidah mereka yang sangat jauh dari kebenaran, baik dalam hal sunnah bahkan sampai kepada ranah syariat. Dalam pandangan Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir, banyak kesamaan antara Syiah dan Sufiah, yaitu kesamaan dalam hal kesesatan. Diantaranya sebagai berikut;
- Syiah meyakini apa yang diriwayatkan Al-Kulaini dan Humran bin A'yan, bahwa ia berkata, "Aku berkata kepada Abdillah Ja'far as; Aku dijadikan penebusmu, sampai kabar kepadaku bahwa Allah Ta'ala telah memanggil Ali as. Abu Abdillah berkata, benar, sungguh telah terjadi pembicaraan antara keduanya di Tha'if, Jibril turun kepada keduanya." Hal ini juga yang terjadi pada kaum shufiah. Ad-Dibagh berkata, "Malaikat turun kepada wali membawa dengan membawa perintah dan larangan.
- Melebihkan Wali di atas Nabi, Khumaini berkata, "Sesungguhnya termasuk dalam masalah inti pada madzhab kami, bahwa tidak ada seorang yang dapat mencapai maqam maknawi ruhiyah seperti para imam, bahkan malaikat yang dekat dengan Allah sekalipun dan tidak juga nabi yang diutus." Kaum shufiah berkata, "Kami telah mengarungi berbagai lautan di mana para nabi berhenti di pinggirannya. Para nabi diberi gelar sebagai nabi, dan kami diberi apa yang mereka tidak diberi.
- Kenabian masih Berlangsung. Aqidah sebagian kelompok Syiah dari kalangan Khathabiyah, Khurramiyah, Manshuriyah, dan lain-lain. Mereka meyakini risalah Allah tidak terputus dan kenabian masih ada. Orang sufi juga berkeyakinan seperti itu. Ibnu Arabi berkata; "Semua kenabian berkumpul dalam Ummul Kitab (Al-Fatihah), dan kuncinya adalah bismillahirrahmanirrahim. Jadi kenabian masih berlangsung sampai kiamat.
- Kemaksuman. Syiah berkata, "Sesungguhnya imam itu wajib maksum." Sufiah juga berpendapat, Abul hasan Asy-Syadzili berkata, "Sesungguhnya diantara kekhususan seorang kekasih Allah adalah pertolongan Allah kepadanya dengan rahmat, kemaksuman, khilafah, dan niyabah (mengganti sebagai pemimpin).
- Bumi tidak Pernah Kosong dari Hujjah. Ini aqidah Syiah, Al-Kulaini berpendapat, "Sekiranya tidak ada lagi yang tersisa di muka bumi selain dua orang, maka salah satunya adalah hujjah." Kaum sufiah juga berkata dan menukil dari perkataan Ali Al-Khawwash, Asy-Sya'rani berkata, "Diantara nikmat Allah kepada hamba-Nya adalah keberadaan Allah yang tidak mengosongkan bumi dari orang yang memperjuangkan agamanya dengan hujjah.
- Kewajiban Mengetahui Imam. Syiah berkata, "Barangsiapa yang mati dalam keadaan dia tidak mengetahui siapa imamnya, maka ia mati dalam keadaan jahiliyyah. Kematian jahiliyyah tidak terjadi kecuali di atas kekafiran. Kaum sufiah berpendapat yang sama, Ali Al-Khawwash berkata, "Sesungguhnya seseorang yang tidak menempuh jalan tarekat dibawah bimbingan seorang syaikh, hukumnya adalah seperti hukum orang yang menyembah Allah diatas keraguan."
- Kewalian dan Wasiat. Syiah dan Sufiah menambahkan sifat-sifat tertentu yang luar biasa kepada para imam dan walinya. Syiah berpendapat, "Para imam mengetahui semua bahasa," Asy-Sya'rani dari kalangan sufi berpendapat, "Seorang wali Allah itu diberikan pengetahuan seluruh bahasa yang dipakai manusia dan jin, tidak ada perkataan seorang pun yang samar baginya untuk dipahami."
- Hulul dan Tanasukh (Reinkarnasi). Dalam hal ini Syiah berdusta kepada Ali bin Abi Thalib ra, mereka berkata, "Ali dan Muhammad adalah satu cahaya dari cahaya. Aku adalah orang yang bergetar, dan orang yang diturunkan sebagian ayat. Aku telah menghancurkan kurun-kurun pertama. Aku adalah Al-Kitab, Aku adalah Lauhul mahfuzh, Aku adalah Muhammad dan Muhammad adalah aku." Orang sufi juga berkata, Abu Yazid Al-Bisthami pernah ditanya tentang Arasy dan Kursi. Dia berkata, "Aku adalah Arasy, aku adalah kursi, aku adalah Ibrahim, aku Musa, dan aku adalah Muhammad."
- Tingkatan Shufiah. Orang shufi berpendapat, "Orang-orang yang dikhususkan Allah adalah mereka yang berada di negeri-negeriNya untuk beribadah, abdal, aqthab, autad, arfa', najba', nuqaba', dan penghulu mereka; al-gahuts." Sedangkan Syiah Isma'iliyah berkata, "Batasan-batasan terendah yang pokok adalah para imam, kelompok haji, nuqaba', dan ajnihah."
- Taqiyah. Kaum Syiah berkata dari Ja'far, "Taqiyah adalah bagian dari agamaku dan agama nenek moyangku, tidak ada agama bagi orang yang tidak bertaqiyah." Orang Shufi berkata sebagaimana yang disampaikan Asy-Sya'rani dari sejumlah syaikh, "Barangsiapa meneriakkan sesuatu yang rahasia, maka ia berhak dibunuh."
- Zhahir dan Batin. Dalam hal ini kaum Syiah berpendapat, sebagaimana yang diriwayatkan Al-Kazhim, "Sesungguhnya Al-Qur'an ini mempunyai bagian zhahir dan batin." Kaum Shufiah mengatakan, "Setiap ayat itu ada zhahirnya, batinnya, had (batasan), dan mathla."
- Menghapus Syariat dan Menghilangkan Taklif. Dalam masalah ini muncul namanya Syiah Batiniyah, mereka mendustakan Ja'far Al-Baqir, ia berkata; "Barangsiapa yang mengenal yang batin, maka sungguh telah gugur darinya amalan zhahir, diangkat darinya belenggu-belenggu, kedengkian-kedengkian dan menegakkan yang zhahir. Mereka juga menyebutkan bahwa Ali Ar-Ridha berkata, "Pena catatan diangkat dari Syiah kita. Kaum Shufiah berpendapat, Abu Ali Wafa berkata, "Dan setelah larut dengan Allah, maka jadilah apa saja yang engkau mau. Sebab ilmumu tidak ada yang tidak diketahui, dan perbuatanmu tidak berdosa." Asy-Sya'rani berkata, "Sayyid Syarif ra pernah makan pada siang hari Ramadhan, dan dia berkata, "Aku adalah orang yang dibebaskan (dari taklif), Tuhanku yang telah membebaskan ku."
Adapun yang disebutkan syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq antara Shufiyah dan Syiah, yaitu;
- Mengaku mempunyai ilmu khusus.
- Syiah mengagungkan para imam, shufiah mengagungkan para wali.
- Mengatakan ada zhahir dan batin dalam agama.
- Senang mengagungkan kuburan dan menziarahi tempat keramat
- Melakukan aktivitas yang menghancurkan daulah Islamiyah.
Komentar
Posting Komentar